Pulau Pari Akhirnya Aku Kembali...
07-08.05.2016
"Kalau Jodoh Tak Lari Kemana..."
"Kalau Jodoh Tak Lari Kemana..."
Sepertinya itu adalah kalimat yang pas buat gue dan Pulau Pari. Ya,
Pulau Pari adalah salah satu pulau di Kepulauan Seribu provinsi
Jakarta yang menyimpan banyak kenangan karena pesonanya yang indah buat gue.
Suasananya yang tenang dan damai bikin gue selalu rindu tempat ini... |
Flashback dulu...
Gue sama sekali gak kepikiran untuk ambil kesempatan nge-trip di tanggal
merah yang jatuh di weekdays dan nyambung dengan weekend (5-8 Mei 2016) ini.
Tapi semakin mendekati ke tanggal-tanggal itu, gue semakin kepikiran dan
berhasrat untuk pergi melancong. Gue pun akhirnya searching mencoba peruntungan
berharap masih ada travel agent yang open trip di tanggal-tanggal tersebut.
Ternyata gue kurang beruntung. Semua udah full booked. Kebanyakan mereka gak nerima
booking di tanggal-tanggal mepet alias harus booking dari jauh-jauh hari. Kalau
berangkat sendiri (backpacker), kudu ada persiapan matang-matang dan gak bisa
dadakan kaya gini. Kecewa dan putus asa, akhirnya gue batalkan niat dan hilangkan
hasrat untuk melancong di long weekend kali ini. Dengan sabar dan penuh
pengertian sang pacar menghibur gue, "nanti kita jalan-jalan ke Taman Mini
aja. yang penting kan judulnya libur panjang gak cuma diem di rumah." Oke,
gue terima masukannya dengan berat hati. Betul juga sih, daripada gak
kemana-mana ya kan? :(
Sambil dengan perasaan galau, gue membuka-buka akun Instagram gue. Dari
situlah keajaiban datang (cieileh :p). Lagi asik-asik scrolling, tau-tau gue
ngeliat salah satu travel agent langganan masih gembar-gembor mengiklankan
jadwal open trip untuk tanggal 7 sampai 8 Mei ke Pulau Pari.
Dengan hebohnya gue langsung kasih tau sang pacar dan dia langsung meminta gue
untuk booking saat itu juga. Dengan hati senang dan tanpa pikir panjang lebar,
gue pun melakukan pemesanan dan transfer uang. Fix! Kita jadi liburan, yeay!
Rasanya udah gak sabar menunggu hari itu tiba. Masih ada 7 hari lagi untuk
cusss ke sana. Pulau Pari, I'm Coming (again)! ^^
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba...
Tanggal 7 Mei tepatnya hari sabtu jam 5 pagi, gue dan pacar udah
bersiap-siap dan bergegas menuju pelabuhan Muara Angke Pluit, Jakarta Utara.
Perjalanan hanya memakan waktu sekitar 40 menit dari rumah (Kalideres). Jalanan
yang masih sepi membuat kita cepat sampai di tujuan walaupun sempat terkena
macet di pintu masuk pelabuhan. Jam 05:45 akhirnya gue dan pacar sampai di
pelabuhan Muara Angke. Perjalanan masih harus dilanjutkan dengan berjalan kaki
menuju pelabuhan Kali Adem yang berjarak kurang lebih 1,5 km atau selama kurang
lebih 15 menit. Pelabuhan Kali Adem adalah tempat bersandarnya
kapal-kapal yang melayani rute ke seluruh pulau-pulau di Kepulauan Seribu.
Masih seperti dulu pertama kali kesini, gue mencium bau amis ikan yang sangat
menyengat yang seketika membuat gue merasa mual dan eneg (karena udara masih
pagi bo...!). Bau amis ikan ini berasal dari pasar ikan yang ada di pelabuhan
ini. Muara Angke dikenal sebagai tempat pelelangan ikan terbesar di Jakarta
bahkan se-Asia Tenggara. Ada berbagai jenis ikan segar dengan harga yang
bervariasi dan relatif murah disini. Jadi, kalau mau berburu makanan laut segar
dan murah, disini tempatnya.
Akhirnya sampai juga gue dan pacar di titik lokasi yang udah ditentukan
oleh pihak travel tepatnya jam 06.45 pagi. Suasana di pelabuhan kali adem ramai
banget. (Namanya juga long weekend -_- )
Setelah semua rombongan datang, kita langsung diajak masuk ke kapal.
Kapal yang kita gunakan untuk nyebrang menuju pulau Pari adalah kapal dengan
harga ekonomis (Rp 40.000,- /per orang), yaitu kapal tradisional yang terbuat
dari kayu dan terdiri dari dua tingkat. Kapal ini juga menyediakan wc di
tingkat bawah bagi yang mau buang air selama perjalanan. Tempat duduk yang
disediakan di tingkat atas dan di tingkat bawah berbeda. Gue memilih untuk
duduk selonjoran di tingkat atas. Sedangkan yang mau duduk di bangku (seperti
jok bus) bisa memilih di tingkat bawah. Sebelum kapal berangkat, gue sempatkan
untuk mengambil foto pemandangan pagi di pelabuhan. Kebetulan matahari udah
mulai naik dan langit lagi cantik-cantiknya. :)
Jadwal keberangkatan kapal yang harusnya cepat terpaksa molor karena
terlalu lama menunggu penumpang lainnya. Tapi akhirnya, kapal mulai bergerak
maju menuju pulau Pari tepat jam 07.30. Langit yang cerah dan gelombang laut
yang tenang bikin perjalanan menuju pulau Pari jadi terasa nyaman dan gak
terasa lama. Kapal pun sampai dan bersandar di dermaga pulau Pari tepat jam 09.15.
Pelabuhan Kali Adem Muara Angke |
Laut tenang dan cuaca cerah... |
Narsis dulu sebelum turun dari kapal di dermaga Pulau Pari. Gradasi warna laut dari toska ke biru tuanya keren banget ya |
Salah satu pantai dekat penginapan |
Oh iya, pulau Pari dikenal dengan kendaraan khasnya yaitu sepeda keranjang. Di pulau yang gak terlalu besar ini, sepeda jadi andalan pengunjung kaya gue ini untuk berkunjung dari satu tempat ke tempat lainnya dengan gampang. Ini sih namanya olahraga dengan bonus pemandangan pantai. Seharian gak berenti keliling dengan sepeda ini. Badan sehat, hati pun senang. Asik banget kan?
Sepeda-sepeda punya para pengunjung yang terparkir |
Ada satu lokasi pantai yang bikin gue kangen dan gak sabar untuk langsung mengunjunginya, namanya pantai bintang LIPI. Pantai itu sering dijadikan lokasi observasi dan penelitian oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Masih banyak biota-biota laut seperti kerang, teripang dan bintang laut yang hidup dan dilindungi di zona itu. Gue penasaran dengan keadaan pantai itu sekarang setelah dulu di tahun 2012 gue pernah kesana.
Begitu sampai di pantai ini, gue merasa seakan melihat kekasih yang udah lama gak gue temui. Rasanya gue pingin memeluk erat pantai ini, apa daya terlalu luas, hehe. Masih sama seperti dulu, pasirnya yang putih tetap bersih dan terawat. Gak ada sedikit pun sampah yang berserakan kecuali ranting-ranting pohon dan daun-daun kering yang berguguran. Itupun gak banyak. Empat pohon mangrove yang jadi icon di pantai ini pun masih tetap sama seperti dulu. Air jernihnya yang tenang dan bikin damai masih sama seperti waktu pertama kali gue kesini. Yang berubah dari tempat ini adalah berkurangnya jumlah biota-biota laut yang ada. Dulu, bintang laut banyak
4 pohon mangrove dan pantai LIPI tahun 2016. My kind of Paradise. Tempat favorut aku dari dulu gak pernah berubah. makin cantik :) |
Setelah selesai makan siang, bersih-bersih, ganti pakaian dan merebahkan badan sebentar, kita diajak Mr. Guide untuk bersiap-siap snorkeling. Perjalanan menuju spot snorkeling gak terlalu jauh, cuma memakan waktu 15 menit aja dari dermaga pulau Pari. Matahari menyengat sekali siang ini. Gak lupa gue oleskan sunblock biar kulit terhindar dari radiasi sinar matahari siang yang berbahaya (bisa menyebabkan kanker lho).
Entah kenapa snorkeling kali ini gak terlalu menyenangkan. Mungkin karena karang-karang di spot ini kurang cantik alias gak berwarna-warni. Ikannya pun kurang banyak. Gue putuskan untuk stay aja di atas kapal sambil narsis sendiri, hihi. ^^
Siap untuk snorkeling ^^ |
narsis diatas kapal sendiri |
Pacar gak mau kalah minta di fotoin waktu snorkeling :D |
Dermaga pantai LIPI yang kurang terawat |
Untung sunsetnya tetap cantik :) |
Foto sama teman-teman baru, mas Edy dan aa Siddiq 😄 |
Azan subuh berkumandang, seketika membangunkan gue dari tidur. Sesuai misi gue yaitu mengejar sang surya, gue pun langsung beranjak bangun dari kasur dan bersiap-siap. Gak lupa gue membangunkan sang pacar dan dua orang teman gue yang masih tertidur pulas (mungkin mereka lelah, hihi :D ). Karena lokasi pantai Pasir Perawan gak terlalu jauh dari penginapan, kita memilih untuk berjalan kaki aja. Itung-itung sambil olahraga pagi, hihi. Langit masih gelap dan suasana masih sepi walaupun beberapa pengunjung ada juga yang udah bangun dan menuju ke pantai, tentunya dengan misi yang sama dengan kita. Sayangnya sunrise gak sesempurna harapan gue. Langit pagi di pulau Pari kali ini gak seceria hati gue. Walapun begitu, guratan warna langit tetap cantik berwarna-warni seperti cotton candy :)
Langitnya pink seperti cotton candy |
Setelah puas main pasir dan main air sambil foto-foto, kita menuju ke warung-warung pinggir pantai. Karena gue laper banget, gue memesan satu mangkok ind*mie dengan telor dan air kelapa muda. Sedangkan sang pacar dan dua teman gue lainnya cuma memesan kopi. Kapan lagi bisa menikmati sarapan pagi di pinggir pantai kaya gini? Ah, benar-benar sempurna...
Pagi-pagi bagus lho minum air kelapa muda. Apalagi kalo minumnya di pantai.... |
Sarapan pagi dipinggir pantai |
Selesai sarapan, Mr. Guide ngasih aba-aba untuk packing barang. Jadwal kedatangan kapal yang akan mengangkut kita kembali ke Jakarta akan tiba dua jam lagi, yaitu jam 10.00. Gak terasa sebentar lagi waktu berlibur gue berakhir dan gue akan meninggalkan pulau ini. :(
Selesai packing, gue dan sang pacar serta dua teman gue memutuskan untuk menghabiskan sisa waktu yang ada dengan mengeksplor hutan mangrove menggunakan sampan di pantai Pasir Perawan. Kebetulan gue belum pernah eksplor ke tempat itu sebelumnya. Lagi pula, masih ada sisa waktu satu jam lagi untuk pulang. Oke, Let's go...!
Sayangnya air laut pagi ini sedang surut. Sampan yang kita naiki gak akan kuat kalau harus menopang beban lebih dari dua orang. Si bapak pemilik sampan (namanya pak Mus) mengusulkan kita untuk menggunakan dua sampan dibagi menjadi dua orang per sampannya. Tapi kita menolak karena harganya jadi double, hihi (btw, sewa satu sampan Rp 30.000,-). Alhasil, gue yang berencana mau meng-explore hutan mangrove berempat sama pacar dan dua teman lainnya pun gagal. Sang pacar pun mengalah untuk gak ikut.
Gue dan satu teman gue bersama pak Mus mulai menaiki sampan menuju hutan mangrove. Saking surutnya, dasar sampan benar-benar bergesekan langsung dengan pasir, padahal sampan cuma berisi tiga orang. Pak Mus sampai harus bela-belain turun ke air untuk menyeret sampan menuju ke tempat yang airnya lebih dalam. Hihi perjuangan banget ya pak ^^.
Setelah sampan mengapung, pak Mus pun naik. Dia berdiri di ujung belakang sampan dengan memegang bambu panjang yang digunakan untuk mengendalikan sampan. Sesekali sampan bertabrakan dengan dahan-dahan mangrove yang besar-besar. Gue berusaha membantu pak Mus mengendalikan sampan dengan dayung yang ada, padahal sama sekali gak ngebantu, hihi. Susah juga ternyata mendayung sampan :D
Diantara pepohonan mangrove. Magnificent! Seperti rawa-rawa. Walaupun begitu keliatan indah lho. |
Namanya Pak Mus. Beliau tinggal di pulau udah sampai generasi ketiga alias udah 47 tahun. wow! |
Kalau ada yang bertanya-tanya kenapa pulau Pari pantainya sangat tenang alias landai dan gak berombak, Itu semua karena di sekitar pulau Pari ada banyak tanaman bakau alias mangrove yang dibudidayakan. Tujuannya, agar pulau terhindar dari ganasnya ombak yang menyebabkan abrasi dan angin kencang. Abrasi itu proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Biasa disbut juga dengan erosi pantai. (Sumber: Wikipedia)
Sunrise di antara pepohonan mangrove |
Tenang dan damai... |
Perjalanan ini beda dari yang lain. Ga liat ada kontener lewat, tanpa macet hiihi |
Akhirnya liburan yang gak disangka-sangka selesai juga. Waktunya kembali ke aktivitas semula. Asal energi udah keisi ulang semua, apapun yang dikerjakan jadi semangat lagi. Dan gue pun siap menghadapi hari besok. Sumpah, gue senang dan puas banget akhirnya bisa kembali menginjakkan kaki di pulau Pari. Semoga gue bisa kembali kesana lagi suatu hari nanti.
Thank you for your beautiness. I'm gonna miss you Pari Island... :)
________________________________________________________________________________
Buat lo yang penasaran dan mau merasakan indahnya pulau Pari kaya gue, nih, gue kasih bocoran estimasi biaya ngetrip ke pulau Pari:
Total biaya liburan ke pulau Pari Kepulauan Seribu (hasil suvey dari tanya-tanya langsung ke orang pulau dan berdasakan pengalaman):
- Kalau pakai jasa travel
Rp 360.000/ orang include:
Tiket kapal tradisional PP (Muara angke)
Sepeda selama di pulau
Makan 3x (Siang, Malam, Pagi)
Barbeque
Perlengkkapan snorkeling (google, fin, pelampung)
Kapal menuju spot snorkeling
Dokumentasi foto bawah air
Tiket masuk pantai
Tanam mangrove
Guide Lokal
- Kalau ala backpacker
Kurang dari Rp 300.000/orang (ajak teman yang banyak biar bisa meminimalisir pengeluaran) :D
Tiket kapal tradisional sekali jalan Rp 45.000/orang
Homestay Rp 400.000 - Rp 450.000/malam
Sewa kapal untuk snorkeling Rp 400.000/10 orang
Sewa peralatan snorkeling (google, fin, pelampung) Rp 35.000/orang
Sewa sepeda Rp 20.000/orang
Tarif masuk pantai Rp 5.000 - Rp 10.000/orang
Biaya makan sehari-hari tergantung kebutuhan
Oh iya, semua pengeluaran diatas belum termasuk jajan, belanja oleh-oleh, dan tambahan hiburan lainnya ya (banana boat, naik sampan, dll) . Selain itu, harga kapan aja bisa berubah-ubah.
Comments
Post a Comment