Ngomongin tentang tempat-tempat bersejarah yang eksotis dan
berbau mistis, Jogja memang ahlinya. Kali ini, gue akan menyusuri tempat
bersejarah peninggalan kerajaan Keraton Yogyakarta yang lagi-lagi berhasil
membuat gue terkesima. Selama ini gue cuma bisa ngelihat tempat-tempat eksotis
ini lewat foto-foto di beberapa
website dan juga Instagram. Dalam gambar-gambar yang gue lihat tempat ini kelihatan menarik. Birunya air kolam yang menyatu dengan warna dinding bangunan tua dan segarnya warna hijau dari tanaman-tanaman di sekitar kompleks Taman Sari udah berhasil bikin gue benar-benar penasaran untuk datang ngelihat dan merasakan suasananya langsung. Akhirnya gue benar-benar bisa menginjakkan
kaki di tempat ini dan merasakan sendiri atmosfir di dalamnya. Saat gue menginjakkan kaki di tempat ini, gue pun berpendapat kalau lorong-lorong dan tiap sudut Taman Sari memiliki banyak rahasia yang harus diungkap.
Lokasi Taman Sari gak jauh dari alun-alun selatan Jogja atau yang biasa dikenal dengan alun-alun Kidul (itu lho, alun-alun yang ada beringin kembarnya). Kebetulan, gue menginap di homestay yang letaknya gak jauh dari alun-alun Kidul, jadi gue gak perlu susah payah untuk menuju ke Taman Sari.
Taman Sari adalah situs bekas kebun kerajaan atau taman kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang saat ini dijadiin lokasi wisata cagar budaya oleh pemerintah Jogja. Dari hasil cari-cari tahu di internet, ternyata bangunan eksotis ini dibangun oleh seorang arsitek yang berasal dari Portugis. Pantes aja, meskipun bangunan ini masih berbau adat Jawa, struktur bangunan ini kelihatan kokoh. Dulunya Taman Sari dikenal dengan sebutan Istana Air (
Water Castle) karena dulu letak bangunannya berada diatas danau. Sayangnya saat ini danau ini udah kering.
|
-Wikipedia- |
Hal pertama yang gue lihat begitu menginjakkan kaki di pelataran utama (parkiran) Taman Sari adalah sebuah bangunan tua bernuansa adat Jawa dengan ukiran-ukiran khas Keraton yang cantik. Gedung ini merupakan
pintu gerbang utama, yaitu pintu barat yang juga dinamakan Gedhong Gapura Hageng.
Pintu ini mengarah ke kolam pemandian keluarga kerajaan Keraton di Taman Sari. Sayangnya waktu sampai di
tempat ini pintu belum dibuka. Jam buka kompleks pemandian Taman Sari adalah
jam 9 pagi. Gue memutuskan untuk mengeksplor tempat-tempat lain dulu. Karena lokasi Taman Sari terpisah-pisah dalam beberapa
bagian dan juga bengunannya yang berbentuk lorong-lorong bahkan ada juga yang terletak dibawah tanah, gue cukup kesulitan untuk menemukan jalan menuju ke lokasi-lokasi
itu. Gue pun akhirnya menyewa guide untuk menemani gue mengeksplor Taman
Sari sekaligus menceritakan dengan detail sejarah yang ada di dalamnya.
|
Gedhong Gapura Hageng (pintu masuk utama) yang langsung terlihat dari parking area |
Pintu masuk menuju Masjid bawah tanah
|
Penampakan saat msuk pintu menuju bawah tanah |
|
Ventilasi masjid bawah tanah |
Ada dua bangunan berbentuk lingkaran seperti cincin yang dinamakan Sumur Gumuling. Mas Aris mengatakan, dulunya Sumur Gumuling berfungsi sebagai masjid yang sekarang berubah nama menjadi masjid Pendem (hmm, mungkin karena bangunannya dipendem di bawah tanah kali ya, hihi). Kalau gue lihat-lihat, memang bangunan ini adalah sebuah masjid. Di salah satu sisi bangunan di kedua lantai terdapat mihrab (tempat imam). Ada juga sebuah lubang menuju ke ruangan kecil yang sangat gelap yang sepertinya tempat untuk berwudhu (pada masanya).
|
Ruang melingkar lantai dua yang konon adalah tempat jamaah sholat |
|
Mihrab (tempat imam) di salah satu sisi dinding lantai satu |
Jadi, lima buah tangga yang saling berhubungan di ruangan melingkar itu merupakan titik tengah yang berfungsi sebagai mimbar untuk berdakwah. Perubahan fungsi yang benar-benar drastis dari masa lampau ke masa sekarang, hihi.
|
Mimbar para pedakwah yang sekarang jadi lokasi favorit untuk para wisatawan berfoto |
|
Bagian atas yang terbuka |
|
Ikutan narsis di sini boleh dong :D |
Lokasi terakhir yang gue datangi adalah lokasi utama Taman Sari, yaitu kompleks pemandian keluarga Kerajaan Keraton atau disebut Umbul Pasiraman. Berbeda dengan suasana waktu gerbang utama belum dibuka, saat gue kembali lokasi ini udah ramai dipadati pengunjung 😳
Kompleks pemandian Taman Sari jadi satu-satunya lokasi yang dikomersilkan, di mana pengunjung harus membayar tiket seharga Rp 5000,- untuk masuk ke dalam. Selain itu, di dalam kompleks ini juga ada banyak pedagang-pedagang jajanan seperti somay,
bubble drink, bakso, dan masih banyak lagi. Berbeda dengan lokasi-lokasi "terselubung" yang pertama dikunjungi tadi yang gak dipungut biaya sama sekali dimana gue udah bisa puas berkeliling mengeksplor seluruh sudut-sudut ruang yang ada di dalamnya.
Pertama melewati pagar, ada sebuah pondok kecil yang merupakan loket tempat pembelian tiket di sisi pojok kanan. Setelah membayar tiket masuk gue langsung memasuki gerbang menuju ke dalam. Gue melewati sebuah gerbang dan melihat ada banyak gedung-gedung kecil yang terpisah-pisah yang dinamakan Gedhong Sekawan. Selain itu, di area yang sepertinya taman kerajaan ini banyak terlihat tanaman-tanaman hias yang diletakkan di pot-pot berukuran raksasa di sekelilingnya. Keren banget!
|
Pintu pertama yang meupakan pintu utama (Gedhong Gapura Hageng) |
|
Area Taman Kerajaan adalah lokasi yang dilewati saat pertama memasuki pintu utama |
|
Gedhong Sekawan (pondok-pondok kecil) yang mempercantik area ini |
|
Taman yang dihiasi dengan pot-pot raksasa ala istana kerajaan |
Lanjut mememasuki gapura dengan turunan anak tangga menuju ke kolam pemandian. Langsung aja mata ini dimanjakan dengan sejuknya kolam pemandian yang berwarna hijau tosca. Suara gemericik air yang mengalir dari air mancur yang menghiasi tiap-tiap sudut kolam menambah keindahan suasana di tempat ini. Meskipun siang ini matahari panas menyengat, tempat ini memberi kesejukan yang menenangkan.
Pintu masuki area kolam pemandian (Umbul Pasiraman)
|
Setelah melewati pintu, ada tangga turunan menuju kolam pemandian |
|
Penampakan kolam pemandian dengan pintu sebagai bingkainya. Cantik... |
Kolam pemandian ini dibagi jadi dua bagian, kolam paling ujung sebelah kiri digunakan untuk putri-putri raja mandi. Sedangkan kolam di sebelahnya digunakan khusus untuk para pria. Kolam-kolam ini dinamakan Umbul Muncar. Oh iya, di tempat secantik ini gak afdol rasanya kalo gak foto-foto. So, gue gak buang waktu lagi untuk narsis, haha! :D
Air mancur bergaya Jawa kuno mempercantik sudut-sudut kolam
|
Perpaduan hijau tosca air kolam dan coklatnya warna bangunan tua yang menyatu dengan langit biru. |
Setelah puas mengelilingi kolam pemandian, gue menaiki tangga menuju ke sebuah halaman yang luas dimana ada terdapat pintu timur. Ini adalah lokasi terakhir di Taman Sari yang gue datangi. Untuk menuju kesana kita harus melewati sebuah gedung yang gelap dan berukuran sempit dulu. Nama Gedung ini adalah Gedhong Panggung. Di dalamya ada sebuah ruangan yang terletak di kanan dan kiri, dengan pintu masuk yang ukurannya kecil. Banyak orang-orang yang memasuki ruangan itu. Karena gue penasaran, gue ikut masuk dan mencari tahu ada apa di dalamnya. Ternyata di dalam ruangan ini ada tempat tidur yang ranjangnya terbuat dari semen dengan ukir-ukiran, dan alasnya terbuat dari papan kayu khas Keraton. Sepertinya ini tempat istrahatnya para penjaga yang berjaga di pintu masuk (saat ini dijaga oleh
security). Filosofi pintu kecil tadi ternyata adalah agar siapapun yang memasuki ruangan ini menunduk, dengan maksud menghormati raja dengan menunjukkan sikap kesopan-santunan dan juga kerendahan-hati.
Waktu memasuki halaman luas berbentuk persegi delapan yang bernama Gedhong Lopak-lopak, gue dibuat takjub dengan sebuah bangunan cantik nan eksotis yang megah. Bangunan dengan ornamen ukir-ukiran bunga dan burung yang eksotis ini adalah gerbang Timur yang dinamakan Gedhong Gapura Panggung. Gerbang ini terkunci dan gak bisa diakses karena tertutup oleh pemukiman padat. Di halaman ini ada pintu-pintu menuju ke bangunan-bangunan Taman Sari lainnya yang saat ini udah gak bisa diakses lagi, sehingga dijadikan pemukiman penduduk.
|
Pintu Timur (Gedhong Gapura Panggung) yang eksotis |
Akhirnya, rasa penasaran gue terpecahkan. Ternyata emang gak salah, tempat ini terbukti jadi tempat terkeren kesekian di Jogja yang bikin gue terkagum-kagum. Selain kaya akan makna filosofis, Taman Sari jadi representasi tingginya nilai-nilai budaya yang berharga yang dimiliki bangsa kita tercinta, Indonesia. Sebagai orang Indonesia dan punya darah campuran Jawa, gue bangga dengan kekayaan budaya yang dimiliki. Tugas kita sekarang adalah menjaga dan melestarikannya dengan cara gak ngerusak lingkungan seperti gak mengotorinya dengan sampah dan mencoret-coret dinding bangunan (gue lihat masih banyak vandalisme disini -_-), atau melangar aturan yang ada. 😋
So, itulah cerita perjalanan gue di Taman Sari yang merupakan hasil dari sebuah rasa penasaran gue, hehe. Untuk terus mengenang perjalanan gue dan biar gak sia-sia, gue jadikan pengalaman gue ini sebagai cerita dalam bentuk tulisan dan juga foto-foto detail lokasi yang gue ambil (Ingat, jangan asal nge-copy, ada hak ciptanya lho! Kidding :p). Semoga pengalaman gue ini bisa jadi penunjuk buat yang mau berkunjung kesana. Have a nice trip and never stop exploring ya guys! 😃
"WONDERFUL MEMORIES OF THE GREAT CULTURE IN IT'S SOLEMNITY BEARS THE LOVING SPIRIT FOREVER...."
-UNKNOWN-
Permisi Kak, mau izin ambil foto2nya boleh? utk keperluan pembuatan prototype Tamansari guidebook for tourism
ReplyDeleteBoleh. Jangn lupa kasih credit aja yaa fotonya oleh saya atau source link . Kalau buku sudah tourism resmi terbit bukankah seharusnya ada keuntungan yg didapat disana? Untuk detail silahkan hub wa saya 081210557807
Delete