Pesona Pulau Payung dan Sejuta Kejutan di Awal Tahun 2017

Banyak tantangan yang gue alami di penutup dan pembuka tahun 2016 - 2017, bahkan di perjalanan yang harusnya selalu tentang hura-hura dan senang-senang.

Rencana liburan di akhir tahun 2016 emang udah diatur dari sebulan sebelumnya (bulan November). Rencana awal, tujuan liburan gue adalah pulau Harapan Kepulauan Seribu. Itu pun bukan rencana gue, melainkan rencana temen gue, mas Edy yang mengharuskan gue untuk ikut, haha.

Berawal dari kisah cinta gue yang berantakan (weitzz, drama abis :P), mas Edy sengaja mengatur rencana gimana caranya biar gue dan sang pacar bisa rujuk dan damai seperti semula, yaitu dengan cara dipertemukan di liburan akhir tahun. Masing-masing dari kita, (gue dan pacar gue) sama-sama menolak ajakan ini karena... (ya, you know lah, haha). Tapiiii, teteup yaaaa! Usaha temen gue yang satu ini emang pantes diapresiasi. Ternyata eh ternyata dia udah bayarin DP (Down Payment) kita semua  ke pihak travel untuk ke pulau Harapan. Jadi, mau gak mau gue dan pacar harus ikut -_-

Beruntung, sebulan sebelum malam tahun baru tiba, gue dan doi udah rujuk duluan. Sia-sia dong ya mas Edy bikin rencana ini, hihi.

Dan saat berlibur itu pun tiba...

Jumat malam (30/12/2016) tepatnya sepulang kerja, gue langsung gedebag-gedebug beres-beres dan persiapin semua yang akan gue bawa untuk liburan. Jujur, gue belum pernah prepare dalam waktu sempit alias dadakan ketika akan melakukan sebuah perjalanan. Gue lebih suka prepare dari jauh-jauh hari biar gak ada barang yang ketinggalan. Biasanya, gue ambil cuti kerja sebelum nge-trip khusus untuk preparation. Tapi karena cuti gue udah habis, ya apa boleh buat -_-

Persiapan memakan waktu yang panjang, sampai-sampai tanpa gue sadari waktu udah menunjukkan pukul 01.00 malam. Oh wow,  seakan gue akan pergi ke tempat yang jauh banget :p
Karena harus berangkat ke pelabuhan jam 05.00 pagi, gue pun berniat untuk cepat-cepat tidur biar gak kebablasan. Waktu gue mau mejamkan mata, tiba-tiba BBM bunyi. Sebuah pesan dari pacar dan juga teman gue masuk bersamaan. Isinya kurang lebih begini,"Kayanya kita gagal tahun baruan di pulau Harapan. Karena pihak travel tiba-tiba ngebatalin trip dan ngembaliin uang kita. Katanya sih bapaknya meninggal. Trip diubah jadi ke Pulau Payung" What?! Rencana liburan ke pulau Harapan berubah jadi harapan palsu dan banting setir ke arah yang gak dituju. Ah ya udahlah, yang penting liburan tetap jadi, pikir gue.

Lokasi: pantai Menara pulau Payung Besar

Usut punya usut, ternyata perjalanan ke pulau payung bukan perubahan trip dari pihak travel yang sebelumnya. Tapi, trip ini bisa terealisasi berkat perjuangan mas Edy yang gencar nyari-nyari agent travel lain yang masih open trip dan terima booking dadakan (niat banget kan ya temen gue yang satu ini ^_^). Nah, intinya kita melakukan booking dadakan di tengah malam. Untungnya masih ada travel agent yang open trip tanpa harus bayar DP dan bisa langsung berangkat pagi itu juga. Gak kebayang kalau gak ada lagi travel agent yang masih open trip. Bisa gagal liburan tahun baru, haha. Beruntung banget kan kita?! :D

Apesnya, kita yang harusnya berangkat ke pelabuhan jam 5 pagi berubah jadi jam 3 dini hari. Itu artinya gue cuma punya waktu 2 jam untuk tidur malam. Semua demi untuk menghindari lonjakan kepadatan penumpang di pelabuhan dan dalam kapal. Namanya juga libur tahun-baruan, Fiuhh...

Alarm handphone gue berbunyi, pertanda waktu udah menunjukkan pukul 3 pagi dini hari. Itu artinya gue udah harus bergegas menuju pelabuhan Muara Angke. Mata terasa masih sepet dan penglihatan masih buram karena masih ngantuk. Tanpa mandi dan tanpa cuci muka lagi, gue ambil barang bawaan dan langsung menuju ke mobil (taxi online) yang udah menunggu di depan rumah.
Seperti biasa, jalanan masih sepi. Mobil melaju dengan cepat tanpa hambatan ala kota Jakarta yang seperti biasanya. Cukup dengan menempuh perjalanan selama 30 menit, kita udah sampai di pintu masuk arah pasar Muara Angke. Lega rasanya kali ini gue datang lebih awal daripada teman-teman gue. Meskipun hari masih terlalu larut, tempat ini tetap ramai dengan orang-orang yang sibuk dan berlalu-lalang. Aktivitas pelabuhan seakan gak pernah berhenti dan mereka seakan gak pernah kenal dengan yang namanya jam tidur malam. Sambil nunggu rombongan teman yang lain datang, gue dan pacar memutuskan untuk singgah di warteg dan mengisi perut. Anggap aja ini makan sahur (masih jam 03.30 bo!)

Setelah melewati beberapa drama (gue yang dibuat kesal karena pacar gue yang kelewat santai dan kelamaan makan di warteg, gue yang tiba-tiba mules dan wajib cari toilet, gue dan pacar yang sempat ribut karena akhirnya terlambat sampai di lokasi meeting point sampai-sampai gue keduluan teman-teman gue yang udah pada kumpul di dermaga Kali Adem dan berulang-ulang nge-chat gue dengan kesal, kejebak macet di jalanan menuju dermaga Kali Adem, dan gue yang nangis karena udah kesal dengan semua kejadian, ditambah kaki gue nyemplung ke genangan air got), akhirnya tepat jam 04.30 gue dan pacar sampai juga. Tanpa nunggu lama, kita langsung diajak oleh guide menuju ke kapal.

Walaupun langit masih gelap, dermaga Kali Adem udah disesaki oleh para penikmat liburan (khususnya gue :P). Ini sama sekali gak menyurutkan niat kita semua untuk pergi menikmati suasana tahun baru di pulau Seribu. Entah ada berapa jumlahnya, yang jelas ada banyak kapal-kapal besar yang bersandar di dermaga siap untuk mengantarkan kita para penikmat liburan menuju ke pulau-pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Bahkan untuk sampai ke kapal yang akan gue naiki, gue dan teman-teman rombongan lainnya harus melangkah melewati beberapa kapal besar karena letaknya ada di tengah-tengah. Padahal, kapal-kapal itu lumayan tinggi dan bahaya banget (bisa-bisa jatuh nyemplung ke laut).

Jam setengah 6 kurang gue dan teman-teman udah duduk manis di dalam kapal. Hal yang paling nyebelin terjadi. Ternyata kapal masih lama berangkat. Kita pun dibuat nunggu selama hampir 1 jam, beuhh. Padahal, dari awal kita dijadwalin berangkat pagi buta untuk ikut pelayaran jam 04.30. Tau gitu, gue gak perlu buru-buru dan gedebag-gedebug dengan semua drama yang ada. -_-

Tepat jam 06.35 akhirnya kapal mulai berlayar. Gue yang duduk di tingkat bawah kapal mulai ngerasa "gatel" untuk ambil foto-foto pemandangan laut dari atas kapal. Gue pun naik ke tingkat atas. Ternyata suasana di tingkat atas padat dipenuhi orang-orang yang duduk lesehan dan rebahan. Untungnya, masih ada satu bangku kosong diujung belakang kapal yang mengarah langsung ke laut. Walaupun langit pagi ini gak terlalu cantik, gue puas banget bisa mengabadikan gambar laut dan langit yang cukup indah. Dilanjutkan dengan duduk merenung memandang laut dalam waktu yang lumayan lama. Sooo relaxing... :)

Kapal meninggalkan Dermaga Kali Adem
Perjalanan laut menuju pulau Payung normalnya ditempuh kurang lebih 1 jam 45 menit. Tapi karena kapal harus ngelawan arus melewati gelombang laut yang besar, perjalanan jadi ditempuh selama 2 jam lebih. Oh iya, untuk menuju ke pulau Payung, kapal yang harus dinaiki adalah kapal jurusan pulau Tidung. Jadi, kita harus transit dulu di pulau Tidung dan kembali melanjutkan perjalanan menuju pulau Payung dengan kapal yang lebih kecil selama 10 menit.

Akhirnya sampai juga kita di pulau Payung nan teduh (cieileh) tepat di jam 10 pagi. Sambil nunggu mas Jhoey (guide lokal pulau Payung) mengantar kita ke homestay, kita main-main di pantai sambil foto-foto dulu. Pantai dengan pasir putih yang airnya berwarna hijau tosca bening bikin suasana terik di siang bolong jadi terasa adem.

Pemandangan dari dermaga p.Payung. Airnya bening dan warnanya tosca. Segerrr
(Photo  by: mas Edy)
Pulau Payung adalah pulau kecil dengan jumlah penduduk yang masih sedikit. Kurang lebih ada 60 kepala keluarga yang menghuni pulau ini. Pulau Payung terdiri dari 2 pulau, yaitu pulau Payung besar dan pulau Payung kecil. Beda dengan pulau Payung besar, pulau Payung kecil adalah pulau kosong alias gak berpenghuni, biasa disebut juga dengan pantai gosong Payung kecil. Secara administratif, pulau Payung tergabung dalam kelurahan pulau Tidung lho. Karena pulau Payung adalah pulau yang kecil, pantai yang ada disini pun gak terlalu banyak. kita cuma bisa bermain di 2 pantai aja yaitu, pantai barat (kanan) yang juga di kenal dngan pantai menara dan pantai timur (kiri) yang dikenal juga dengan sebutan Danau Asmara. Pulau ini disebut pulau Payung karena, kalau dilihat dari atas bentuk pulau ini mirip seperti payung. Gak pecaya? Coba buka aja di Google Map ^^


Selfie di Pantai Gosong Payung Kecil ^^
Sesampainya di homestay, gue langsung meletakkan barang bawaan, mandi (maklum, sejak berangkat gue gak mandi, hehe :p ) dan ganti baju gue dengan baju pantai. Cuaca di pulau payung nyengat banget. Kebetulan homestay yang gue tempati non-AC. Walaupun begitu, homestay yang kita tempati bersih dan nyaman banget. Di teras depan juga ada dipan yang menghadap langsung ke hutan untuk santai-santai. Lumayan nenangin dan juga negangin, hehe.

Hutan yang dijadiin lokasi pembuatan kapal dan perahu
Sambil nunggu jam makan siang, kita dikasih waktu untuk istirahat dulu. Teman-teman gue memilih untuk leyeh-leyeh sambil ngobrol dan nonton tv. Sedangkan gue dan pacar memilih untuk eksplor pulau sambil hunting foto. Lokasi yang gue datangi gak jauh dari homestay, yaitu danau Asmara. Danau dengan air tenang yang bening berwarna biru ini kelihatan makin cantik dengan pemandangan pohon cemara angin atau cemara laut di daratan seberangnya. Suasana di sepanjang jalan pinggir danau Asmara ini seperti hutan karena masih banyak pohon-pohon lebat dan tinggi besar yang dibiarin tumbuh

Pohon-pohon cemara angin atau cemara laut yang rindang mempercatik lokasi ini
.
Danau Asmara yang tenang nan cantik 
Dari hasil tanya-tanya gue dengan seorang warga pulau, danau Asmara adalah danau buatan yang dimiliki oleh orang Bali. Itu kenapa tradisi disini masih kental dengan tradisi Bali, yang mana banyak pohon-pohon besar yang udah berumur tua dililit dengan kain Poleng Bali (kain kotak-kotak hitam dan putih) di bagian dahannya. Selain itu, ada juga 2 patung Barong Bali di sebelah danau Asmara.

Patung Barong Bali sang penjaga danau Asmara
Setelah lelah meng-eksplor dan hunting foto, gue dan pacar balik ke homestay untuk makan siang. Ternyata kita datang di waktu yang tepat. Makan siang dengan lauk-pauk yang menggiurkan udah siap tersaji. Selesai makan siang, kita diarahin oleh mas Jhoey langsung menuju ke kapal yang udah nunggu di dermaga untuk eksplor keliling ke pulau-pulau sekitar. Tujuan pertama kita ternyata Jembatan Cinta Pulau Tidung. Beda dengan pulau Payung yang tetap tenang di musim liburan, pulau Tidung saat ini ramai bagaikan Ancol! Wuuih, gue shock banget begitu sampai di pulau ini. Saking padatnya pengunjung, gue dan teman-teman agak tersendat waktu ngelewatin dermaga sampai warung-warung yang berjejer di sepanjang jalan menuju Jembatan Cinta. Malah, di atas Jembatan Cinta pun penuh sesak sampai-sampai untuk menikmati pemandangan laut Tidung dari atas terganggu.

Ramainya suasana jembatan cinta, pulau Tidung
Ternyata, keramaian di pulau Tidung didominasi sama lengkapnya fasilitas watersport yang ada seperti banana boat, rolling donut, dan jetski. Ramainya pengunjung di sini juga didominasi oleh orang-orang Bule yang senang memacu adrenalin. Kekecewaan gue dengan kepadatan pengunjung di pulau ini terbayar dengan bersih dan beningnya air laut Tidung, kalau dilihat dari sepanjang dermaga jembatan cinta. Dibalik warnanya yang hijau tosca, kelihatan jelas anemon laut yang menari-nari dan juga karang yang berwarna-warni. Didukung dengan cantiknya warna air laut yang hijau tosca dan jembatan yang berwarna pink, gue bisa dapat banyak foto yang hasilnya memuaskan banget disini. ^^

Anemon dan batu karang keliatan jelas di balik beningnya air 
Perjalanan eksplor berlanjut ke pulau kosong gak berpenghuni, yaitu pantai Gosong Payung Kecil. Bukannya pasir, pulau ini dipenuhi banyaknya serpihan koral warna putih yang mirip seperti tulang-belulang. Itu makanya kalau ke pulau ini wajib banget pakai sandal kalau kakinya gak mau luka. Diantara koral-koral putih, ada beberapa serpihan koral yang warnanya merah dengan lubang-lubang di permukaaannya.  Kalau dari jauh mirip seperti buah stroberi. Benar aja, waktu gue search lebih jauh tentang jenis koral ini di Google, mereka menyebutnya dengan sebutan "beach strawberries" atau kalo nama latinnya Tubipora Musica.  

Karakter pulau Gosong Payung Kecil yang penuh dengan batu koral. Mirip tulang-belulang
(photo by: mas Edy)

si cantik Beach Strawberries (koral merah)
Puas berkelana menjelajah pulau (macam bajak laut aja), akhirnya kita diantar pulang ke pulau tempat kita menginap, pulau Payung Besar. Gue dan teman-teman lanjut menghabiskan sisa sore yang ada dengan main-main air dan pasir di pinggir pantai barat/pantai menara sambil menunggu tenggelamnya matahari terakhir di tahun 2016. Waktu udah menunjukkan pukul 17.45 saat matahari mulai menunjukkan keelokannya. Gue dan teman-teman mulai berpencar mencari posisi versi masing-masing untuk mengambil foto dengan angle matahari tenggelam terbaik


Matahari nan elok waktu akan tenggelam meninggalkan tahun 2016
Teman-teman gue menghilang entah kemana. Sementara gue dan pacar udah mulai standby untuk berfoto dengan latar sunset yang keren banget. Karena masing-masing sibuk dengan misi berburu sunset, alhasil gak ada yang bisa dimintain tolong untuk ambilin foto mesra gue dangan sang pacar yang berlatarkan sunset (cieileh :p). Gue pun gak kehabisan ide. Gue menggunakan trik self timer ala gue. Daaaann... jadi deh foto yang gak kalah keren dengan hasil jepretan fotografer profesional, hihi... :D


Sunset terakhir 2016 di pantai Menara p.Payung 
Perlahan matahari di tahun 2016 pun menghilang. Hari udah mulai gelap. Gak terasa, dalam hitangan jam tahun akan berganti. Gue, pacar dan teman-teman yang lain kembali ke penginapan untuk bersih-bersih, makan malam dan istirahat persiapan sebelum perayaan tahun baru nanti malam dimulai. Terdengar suara check sound dari peralatan band seperti drum, gitar akustik, keyboard, gitar listrik lengkap dengan amplifier dan juga sound system. Wow! Gak gue sangka, ternyata pulau Payung punya faslitas band yang lumayan lengkap didukung dengan skill pemudanya yang oke banget yang gak kalah sama anak-anak kota. Baru kali ini gue nemuin pulau yang punya fasilitas modern. Karena menurut pengalaman gue waktu ke pulau-pulau lain sebelumnya, kebanyakan musik-musik yang dipakai untuk pesta dan acara cuma organ tunggal, karaoke dari dvd dan sound system, bahkan ada juga yang cuma mengandalkan sound system dan mp3 (musik dari playlist handphone).


Band ala p.Payung. Keren!
Waktu udah menunjukkan pukul 22.30 malam waktu gue terbangun dari tidur lelah gue. Badan yang terasa remuk dan lemas ditambah semilir angin laut yang dingin bikin gue jadi malas dan ogah-ogahan untuk ikut ngerayain acara tahun baru di pinggir pantai dengan semua warga dan tamu yang ada di pulau Payung. Tapi, rasanya bakal rugi banget kalau gue sampai ngelewatin semua moment itu. Karena dari awal, niat gue berlibur ke pulau adalah untuk ngerasain atmosfir tahun baru di pulau. So, tanpa malas-malasan lagi, gue pun bangkit dari tempat tidur dan membangunkan sang pacar yang tertidur pulas, dan juga teman-teman lain yang masih teler, hihi. 

Dengan langkah gontai kita jalan menyusuri kegelapan yang penuh dengan pohon-pohon rindang menuju sumber keramaian. Alunan musik yang dimainkan benar-benar meramaiakan suasana pulau malam ini. Di pinggir pantai udah ramai dipenuhi oleh warga dan tamu. Mereka semua menikmati musik yang dimainkan sambil duduk-duduk santai. Ada yang di dermaga, ada yang di pinggir pantai, ada yang duduk di tikar dan ada juga yang duduk-duduk di warung sambil nyeruput kopi hangat. Aktivitasnya pun macam-macam. Ada yang bercanda, ada yang joget, ada yang foto-foto narsis, ada yang cuma ngobrol dengan genk-nya, ada juga yang sibuk menyiapkan bara untuk pembakaran dan sibuk membawa loyang-loyang besar berisi ikan yang siap dibakar.


Kencangnya angin laut yang nusuk sampai ke tulang bikin gue, pacar dan teman-teman gue memilih untuk duduk di warung yang berhadapan langsung dengan para pemain band sambil nyeruput hangatnya kopi plus jagung bakar. Ditemani lagu Terlalu Manis-nya Slank, suasana pantai yang temaram dengan lampu kuning jalanan bikin malam semakin romantis.  
Ikan bakar udah matang dan siap disantap. Para guide mandu kita untuk duduk di tikar yang disediain di pinggir pantai. Sambil ngobrol-ngobrol santai dan bercanda cekikikan, kita menyantap seloyang besar berisi tumpukan ikan bakar dan semangkok besar sambal kecap yang diletakkan di tengah-tengah tikar. Walaupun beach party dengan musik dj yang gue harapin untuk ngerayain tahun baru di pinggir pantai seperti di pulau-pulau lain ternyata gak ada, gue tetap enjoy dan happy. Bahagia itu sesederhana ini, menikmati segalanya bareng teman-teman. Apalagi banyak juga teman baru yang gue dapat dan langsung akrab banget :)

Selesai menikmati ikan bakar, kita langsung siap-siap untuk menyambut tahun 2017 dengan berdiri di pinggir pantai (ada juga yang di dermaga) sambil menikmati pertunjukan kembang api. Kelihatan jelas pantulan warna-warni cahaya kembang api bertubi-tubi di atas permukaan air laut yang asalnya dari pulau seberang, jembatan Cinta pulau Tidung. Kurang lebih mirip seperti pertunjukan kembang api di gedung Opera Sydney Australia (serius bagus banget, sayangnya kalau di foto hasilnya kurang jelas). 

"Tiga...dua...satu...," Rame-rame seluruh penghuni pulau meng-count down menyambut tahun 2017 bersamaan dengan meluncurnya puluhan kembang api di atas langit pulau Payung. Gak terasa udah jam 00.00 , tandanya udah memasuki 1 Januari 2017. Gue, teman-teman dan semua saling berpelukan. "Selamat tahun baru ya, semoga resolusi terbaru di tahun 2017 tercapai". Begitulah kira-kira ucapan yang terus meluncur waktu saling kasih selamat. Acara masih berlanjut dengan melepas lampion dan make a wish. Sayang, lampion punya gue dan teman-teman gagal terbang karena ternyata udah sobek, hihi. Walaupun begitu, kita tetap bisa menikmati lampion punya orang lain yang berhasil terbang  :)

Semakin malam, suasana pulau semakin meriah dan rame banget. Gue dan teman-teman memutuskan untuk balik ke homestay dan istirahat. Kali ini, lagu yang dimainkan adalah dangdut. Alunan lagu dangdut dan suara merdu sang biduan yang menggema di seluruh sudut pulau sampai jam 2 malam sama sekali gak mengganggu tidur kita. Anehnya, malah bikin tidur makin nyenyak. Mungkin karena kita udah terlalu lelah, hihi.

"Bangun... bangun! Ayo liat sunrise," kata mas Edy yang bangun lebih awal untuk sholat Subuh. Kita pun langsung bangkit dari kasur. Selesai sholat, kita langsung menuju ke danau Asmara, yang merupakan spot terbaik untuk melihat sunrise. Langit masih gelap walaupun langit di ufuk timur udah terlihat berwarna kelabu pertanda matahari akan segera muncul. 


Suasana subuh di dermaga p. Payung. Romantissss
Sambil hunting sunrise, kita mencoba untuk eksplor lokasi yang belum pernah kita pijak sebelumnya. Kita menyusuri dermaga yang membelah danau Asmara menuju  ke daratan yang jadi pembatas antara danau Asmara dan laut lepas. Daratan ini juga ditumbuhi banyak pohon cemara angin. Ternyata, lokasi ini luas walaupun dari jauh keliatan kecil. Sayangnya tempat ini gak terurus. Ada banyak sampah alam seperti ranting dan dahan pohon yang lapuk. Ada juga sampah yang asalnya dari manusia-manusia bodoh seperti sampah-sampah plastik bekas makanan dan minuman. (ingat, jangan ditiru!). Sayangnya, sunrise pertama di tahun 2017 yang ditunggu-tunggu gak menunjukkan wujudnya.
Mataharinya malu-malu menyambut tahun 2017 ^^
Mataharinya semakin  naik. Menenangkan...
Setelah puas meng-eksplor, kita balik ke penginapan karena perut udah terasa keroncongan. Untung waktu sampai di peginapan, nasi uduk; telur balado dan orek tempe udah tersaji. Selesai makan, kita packing barang siap-siap untuk pulang ke Jakarta. Tepat jam 09.30 kita check-out dan menunggu kapal yang akan mengangkut ke Muara Angke datang. Sambil nunggu kapal datang, kita membunuh waktu dengan duduk santai ditemani segelas kopi dan nyanyi rame-rame pakai gitar di warung pinggir dermaga pulau Payung. Selain kita, warung juga dipenuhi oleh para penikmat liburan lain yang juga menunggu kapal untuk kembali ke pulau Jawa. 

Kapal yang harusnya datang untuk jemput kita jam 10.00 belum juga nongol. Waktu menunjukkan jam 12 siang ketika perwakilan dari RT pulau Payung kasih informasi tentang kapal yang terlambat datang karena adanya musibah kapal terbakar di Muara Angke, lewat speaker mesjid yang letaknya gak jauh dari pantai. Seketika semua yang ada disana heboh dan kaget bertanya-tanya, termasuk gue dan juga teman-teman. Ada yang heboh karena waktu pulang diundur, ada yang heboh karena penasaran dengan apa yang terjadi, ada juga yang heboh karena bingung mau nunggu sampai kapan dan harus nunggu dimana. Akhirnya para guide meng-guide masing-masing pesertanya untuk balik ke homestay yang ditempati semula. Kita pun kembali leyeh-leyeh di homestay sambil nunggu berita di TV tentang musibah yang terjadi di M.Angke. Sumpah, gue merinding ngelihat berita tentang musibah itu. Gue gak habis pikir dengan nasib apes yang menimpa orang-orang yang berniat liburan di awal tahun. Karena kapal yang nahas itu adalah kapal yang seharusnya ngangkut gue dan teman-teman balik ke Jakarta. Syukurnya, kita masih dikasih nasib baik.  

Waktu udah menunjukkan jam 15.00 sore. Tanda-tanda kapal yang akan mengantar kita kembali ke pulau Jawa belum juga ada. Bahkan, para guide pun belum bisa mastiin kapan kapal akan datang. Sampai akhirnya jam 5 sore, mas Jhoey datang dan ngasih info kalau kita belum bisa pulang. Itu artinya kita terdampar di pulau (hihi lebay). Mas Joey dengan gak enak hati menjelaskan dengan sabar dan sopan kalau kapal yang ngantar kita pulang ke Jakarta belum ada yang boleh berlayar karena adanya proses evakuasi di pelabuhan Muara Angke. Gue dan teman-teman pun memaklumi dengan keadaan yang terjadi. Emang benar, waktu gue lihat berita di TV, keadaan di lokasi kejadian belum kondusif dan masih padat dengan adanya proses evakuasi. Beberapa orang (wisatawan) terpaksa bela-belain ngeluarin extra cost demi untuk pulang hari itu juga menggunakan kapal speed boat yang dipesan dari Marina Ancol (mungkin besok udah harus masuk kerja atau kuliah), well i don't know.

Sinyal di pulau Payung termasuk susah. Gue benar-benar gak bisa kasih kabar ke orang rumah kalau kepulangan ditunda. Udah pasti mereka khawatir waktu lihat berita tentang apa yang terjadi walaupun kita semua sebenarnya baik-baik aja disini. 

Karena terpaksa harus overnight (nambah hari) di pulau, kita ngalamin banyak kesulitan seperti kehabisan baju, dompet yang makin tipis dan susahnya ngedapetin makanan rumahan selain indomie. Belum lagi adanya biaya tambahan untuk bayar penginapan selama satu hari. Tapi, semua tetap enjoy karena adanya kebersamaan dengan teman-teman (cieeehh drama yang bukan drama hihi ^_^).
Gue pun berusaha mencairkan suasana tegang dengan ngajak sang pacar dan teman-teman gue kembali menikmati sore di pantai. Anggap aja ini bonus tambahan satu hari liburan di pulau. Untungnya, gue dan teman-teman masih libur cuti bersama sampai tanggal 2 Januari, so, santai aja... ^^ 

Gue kembali mengganti baju gue yang tinggal satu-satunya untuk main basah-basahan di pantai (untung bawa baju lebih). Gue pun ngajak mas Edy dan juga pacar gue untuk main bola pantai. Sementara dua teman gue lainnya (aa Siddiq dan aa Ajay) udah menghilang entah kemana. Danau Asmara kembali jadi lokasi kita untuk main-main air sambil menikmati sore. Gue dan mas Edy langsung nyeburin diri berenang kesana kemari sambil santai-santai dengan ber-floating ria. Sementara pacar gue cuma duduk nontonin kita, sambil ambil foto gue dan mas Edy. Mas Edy terus ngebujuk pacar gue untuk join, sampai akhirnya dia membuka t-shirtnya dan langsung nyebur. 

Kembali nikmati sore dengan main bola pantai di danau Asmara
Belum 5 menit berenang, tiba-tiba pacar gue minggir ke tepi sambil teriak. "Aduh kaki gue ketusuk bulu babi", (bulu babi itu sejenis binatang laut yang berduri dan beracun, biasa juga dikenal dengan nama landak laut) kata doi sambil dengan muka panik dan nahan sakit. Gue dan mas Edy langsung berenang cepat ke arah doi untuk ngelihat apa yang ngelukai kakinya. Kelihatan ada bekas tusukan di belakang tumitnya yang membiru. Gue dan mas Edy coba tenangin dia. Gue bilang, itu cuma duri biasa yang nyelip di pasir bawah air dan bukan bulu babi. Walaupun gitu, gue tetep berusaha nyari batang kayu untuk ngeluarin racun kalau memang benar itu tusukan dari si bulu babi.  Sampai akhirnya, dari kejauhan beberapa orang-orang pulau yang ada di dermaga berlarian ke arah kita dengan panik dan nanya ada apa. Gue jadi ikutan panik dan berpikir ada yang gak beres. Setelah mereka ngecek kaki pacar gue, mereka bilang kalau itu tusukan duri ikan lepu. Mereka langsung lariin pacar gue dengan motor yang ada menuju ke puskesmas pulau Payung. Gue dan mas Edy sampe bingung dan bertanya-tanya sekaligus ikut panik, berpikir ini bukan hal yang biasa. Gue juga penasaran dengan apa itu ikan lepu. Mau cari tau lebih detail tentang ikan lepu saat itu, terkendala sinyal yang susah. 

Gue dan mas Edy dengan kondisi baju yang masih basah kuyup nyamperin sang pacar di puskesmas. Ternyata warga pulau udah banyak berkumpul di depan puskesmas. Ini makin bikin gue berpikir kalau ini bukan hal yang biasa alias gawat banget. Duh, gue panik dan gak tega liat pacar gue yang kesakitan. Untung ada mas Edy yang terus nenangin gue. Dia juga ngingetin gue buat nguatin si pacar (cieileh :p). 

Gue dijelasin sedikit dengan warga yang ada di situ, kalau ikan lepu itu beracun. Bidan di puskesmas berusaha sekuat tenaga untuk ngeluarin racun si ikan lepu dibantu dengan satu pemuda pulau yang sepertinya udah pengalaman banget nanganin kasus seperti ini. Pertolongan pertama yang mereka lakukan adalah menekan keras bekas tusukan sampai darah dan racunnya keluar. Gue bener-bener gak tega ngelihat si pacar yang nahan sakit. Oh iya, ada yang unik dengan cara pengobatannya. Lubang bekas tusukan tadi harus di sumbat dengan kumis kucing! Kumis kucing yang dimaksud bukan nama tanaman lho. Tapi ini benar-benar kumis kucing. Gue dan mas Edy seketika ketawa ketika tau tentang cara pengobatan yang aneh ini. Apalagi waktu gue dengar si bidan dan pemuda tadi merintahin anak-anak pulau yang ada di depan puskesmas untuk nangkap kucing-kucing yang ada disitu dan mencabut dua helai kumisnya. Duh, lucu sekaligus terharu banget ngelihat mereka rame-rame mau lakuin itu demi sang pacar. ^^

Kumis kucing fungsinya untuk manjaga lubang bekas tusukan tetap terbuka, biar racun yang ada di dalam bisa keluar. Katanya sih, kumis kucing gak bisa diganti dengan benda lain seperti senar atau jarum. Mungkin, mereka punya kepercayaan kalau kumis kucing itu mujarab buat nyembuhin. Abis itu, kaki direndam di dalam air panas yang dicampur dengan sabun cuci baju (lagi-lagi ini aneh, haha). Kata mereka, sabun dan air mendidih bisa ngelumpuhin racun yang masuk dan menekan penyebarannya ke dalam badan. Selain itu, selama masa  penyembuhan dan biar gak memperparah luka, si korban gak boleh makan makanan bergetah seperti pisang, duren, nangka dan juga telur. Luka juga gak boleh sampai kena air kotor seperti lumpur, kubangan, dan air berkuman lainnya. Wah ribet juga ya...

Jadi, ikan lepu dikenal sebagai musuh buat para penyelam. Jenis ikan lepu yang udah centil "nyolek" pacar gue ini adalah ikan lepu batu atau dikenal dengan sebutan stonefishDisebut batu karena bentuknya mirip banget seperti batu karang yang fungsinya untuk mengelabui mangsa dan berlindung dari musuh. makhluk ini ada banyak di wilayah laut yang berkarang. Gue pernah liat bentuk ikan ini di salah satu acara traveling yang hostnya si ganteng Marshall Sastra. Dia bilang, ikan itu bahaya karena bentuknya yang menipu.

Ikan Lepu batu, yang berwujud seperti batu karang ini sangat berbahaya
(image source: Google image)
Makanya, buat kalian yang mau menikmati keindahan batu karang di dasar laut, kudu harus waspada dan jangan sampai ketipu dengan penampilannya. Kalau kata warga pulau, ikan lepu ini punya racun yang kuat malah disebut sebagai ikan paling beracun di laut ngalah-ngalahin ikan pari. Korban yang terkena racun ikan lepu bisa terbunuh dalam waktu 2 jam kalau gak cepat-cepat dapat pertolongan. Sakitnya ditusuk ikan lepu juga ngalah-ngalahin ketusuk ratusan duri bulu babi, bahkan cowok macho bertato dengan bulu jambang yang lebat pun bisa nangis dibuatnya (kata orang pulau lho). Hiiii serem banget kan? Saran dari gue, kalau mau nyelam di laut kudu banget pakai alas kaki yang nyaman dan gak ngerusak lingkuan seperti fin. Selain itu juga, hindari menginjakkan kaki di dasar laut biar lebih safety

Dari kejadian ini, gue jadi tau kalau warga di pulau itu kekeluargaannya kuat banget. Yang satu kesusahan, yang lainnya ikut bantu. Gue bisa ngerasain banget bantuan dari warga pulau waktu gue dan pacar ngalamin kejadian ini. Kebaikan pertama yang gue rasain, waktu bapak-bapak pulau ikut panik dan dengan sigap melarikan pacar gue ke puskesmas. Ada juga pemuda yang ikut ngebantuin si bidan dalam proses pengobatan. Si bidan juga baik, dia gak negbolehin gue ngebayar semua pengobatan sang pacar. Selain itu, ada warga dan anak-anak yang ikut bantu nyari kumis kucing. Ada juga ibu warung yang dengan ramahnya ngasih segelas teh hangat untuk si pacar waktu lagi diobatin di puskesmas. "Biar tenang dan gak kesakitan," katanya. Gak cuma itu, banyak warga sekitar homestay yang dengan murah hati ngasih makanan cuma-cuma alias gak mau dibayar untuk kita makan. Sikap mereka benar-benar bikin gue terharu dan gak nyangka. Mereka menganggap wisatawan adalah raja yang pantas untuk dilayani sebaik mungkin. Padahal kalau gue lihat, wisatawan yang datang sering banget bersikap seenaknya, misalnya ngotorin lingkungan pulau atau tempat tinggal yang ditumpangi. Hmm...

Akhirnya, pagi jam 7 tepatnya tanggal 2 Januari ada juga kapal yang datang untuk nganter kita pulang. Bangun tidur, gue langsung membereskan barang-barang bawaan gue dengan kilat, tanpa mandi tanpa sarapan. Untung keadaan sang pacar udah membaik walaupun kakinya masih bengkak banget dan sedikit pincang untuk jalan. Jadi gue gak terlalu repot untuk memapah doi menaiki kapal, hihi. Perjalanan kali ini lebih cepat karena kapal gak melawan arus. Gue dan teman-teman lain sampai di dermaga Kali Adem tepat jam 10, disambut dengan banyaknya wartawan yang masih memburu berita tentang kapal yang terbakar. Gue juga sempat lihat bangkai kapal yang terbakar disitu, bikin bulu kuduk gue seketika berdiri.

Di perjalanan gue kali ini, ada banyak banget kejadian negangin dan juga pengalaman seru dan berharga yang bisa gue ambil. Pengalaman itu emang mahal harganya. Itulah gunanya traveling menurut gue. Gue jadi tau banyak hal, dapat pengalaman dan pelajaran baru, kenalan, ilmu, dan cerita seru yang gak terbayar harganya walaupun harus mengalami susah. Meskipun ngalamin hal yang susah, dalam perjalanan selalu ada senang-senangnya kok, malah mnyenangkan banget.
Gue juga belajar kalau perubahan tahun itu baiknya kita di rumah aja. Rayain tahun baru sama keluarga lebih aman dan gak kalah asik. Karena baru kali ini gue keluar rumah dimalam pergantian tahun, gue malah ngedapatin banyak banget kejadian yang gak diduga-duga. Karena konon katanya, pergantian tahun itu selalu ngambil tumbal. Well hope it's just an issue alias hoax yaa.

Pokoknya, dimanapun kita berada, selalu waspada dan berdoa berpasrah diri sama yang Maha Kuasa biar selalu tenang dan aman dalam lindungannya. :)

So, jangan kapok, terus bertualang sampai benar-benar gak sanggup lagi untuk melangkah.

Salam liburan dan selamat tahun baru 2017! ^^


Pesan dari pulau Payung: Ingat, kemanapun dimanapun kamu, jangan pernah merusak lingkungan dengan buang sampah sembarangan. Buang sampah sembarangan itu seperti gak berpendidikan. Kalau bahasa kasarnya, kampungan. Peace! ^^


"Seorang pengembara tidak boleh terlalu lama berhenti di satu persinggahan. Satu-satunya hal yang harus terus memesona pengembara ialah alam bebas yang luas. Gunung-gunung, sawah-sawah, kali-kali, dan orang-orang yang berjalan di sepanjang jalan itu."
Sumber: Seribu Kunang-Kunang di Manhattan (1972)

Note:
Untuk yang mau liburan ke pulau Payung, bisa hubungi:
www.instagram.com/pesona_travel/

Instagram @pesona_travel

Thank you ^_^
_________________________________________________________________________________

Visit my Steller account. Click link below
www.steller.co/s/6Yg3AfxmW8D

Comments