How To Go to Purwakarta: Derita Backpacker, Cari yang Serba Murah!
Lama gak ngencengin otot betis, rasanya gimanaaaa gitu. Udah hampir tiga bulan gue gak ngetest mental "Dora" gue buat susur ke kota yang asing dan jauh dari rumah. Sebenarnya gue udah punya rencana untuk berangkat ngetrip ke salah satu dari beberapa tempat piknik yang recommended. Kedua tempat itu diantaranya Dieng dan Pulau Sebesi (Anak Gunung Krakatau). Lokasi-lokasi ini gue pilih karena udah masuk daftar bucket list gue dari sejak lama, tapi belum sempat terealisasi karena satu dan lain hal. nah, kali ini gue siap berangkat dong, pastinya! Selain karena cuaca yang menurut gue pas, juga karena harga yang ditawarkan pihak tour travel cukup murah. Pilihan lainnya adalah ngebolang ke Purwakarta. Kenapa Purwakarta? Karena menurut gue kota ini cukup bagus untuk dijadiin wisata murah meriah yang belum terlalu ramai dan masih alami banget. Jaraknya juga gak terlalu jauh dari Jakarta (kurang lebih perjalanan dua jam aja). Trus, kenapa harus ngebolang sendiri alias tanpa agent tour? Itu karena masih jarang banget agent travel yang buka trip ke sana, mungkin karena belum banyak peminatnya. Jadi mau gak mau ya jalan ngeloyor sendiri. itung-itung jadi anak bolang macam dora dan petanya, hehe.
Sebelum mantap memutuskan liburan kemana gue gak berhenti berpikir untuk mempertimbangkannya lagi dan lagi. Ke Dieng, walapun harga akomodasi bersahabat dan terima beres alias cuma tinggal bawa badan aja, ternyata masih ada banyak hal lain yang harus dipersiapkan seperti belanja kebutuhan wajib selama di sana yaitu pakaian hangat dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Harganya bisa dibilang gak murah lhoo. Pikiran gue pun berubah lagi. Gue berpikir apakah trip santai mantai di pulau sebesi dan mendaki anak gunung Krakatau bakal jadi pilihan? Hmm... Ternyata lagi-lagi pilihan ini rasanya kurang tepat kalau untuk kali ini karena apalah arti mantai kalau berangkat tanpa teman-teman yang gokil. Oke, save buat kapan-kapan aja. Kita pun akhirnya mantap memilih untuk melakukan trip ke Purwakarta. Deal! Wait...! Kita? Yes... Kali ini gue berangkat dengan dua orang teman dan "satu" orang pacar (yaiyalah satu :'D )
Melakukan trip mandiri tanpa bantuan travel agent artinya siap mengatur segala sesuatunya sendiri, dimulai dari yang perintilan sampai hal yang paling esensial sekalipun. Waktu yang tinggal tersisa lima hari lagi pun gue pergunakan sebaik mungkin untuk mencari beberapa info. Dimulai dari cari tahu naik kendaraan apa untuk menuju kesana, bagaimana, dan berapa harga tiketnya. Gak lupa juga cek schedule keberangkatan seperti available dari jam berapa sampai jam berapakah kendaraan yang akan mengangkut kita itu. Setelah itu, baru kemudian dilanjut dengan survey penginapan dan penyewaan kendaraan dengan harga yang ekonomis. Gak ketinggalan juga survey lokasi-lokasi bagus yang ada di sana buat didatangi (Nah, ini wajib nih!)
Selain survey tentang harga-harga tiket kendaraan (baca: kereta), gue juga mensurvey harga-harga penginapan di sana. Walaupun Purwakarta termasuk kota kecil, mencari penginapan dengan harga bersahabat di sana susah banget. Harga paling murah dengan fasilitas yang sangat standar aja bisa mencapai hampir Rp 200.000,- per malamnya. Nah, gimana dengan yang paling mahalnya? Entah kenapa, mencari informasi untuk akomodasi selama trip di Purwakarta tidak semudah ketika gue melakukan trip ke Cirebon yang mana semua informasi tersedia di internet dan dengan harga yang serba terjangkau pula. Itu dikarenakan masih jarangnya blogger atau traveler yang mereview perjalanan ke kota Purwakarta ini.
Selain survey tentang harga-harga tiket kendaraan (baca: kereta), gue juga mensurvey harga-harga penginapan di sana. Walaupun Purwakarta termasuk kota kecil, mencari penginapan dengan harga bersahabat di sana susah banget. Harga paling murah dengan fasilitas yang sangat standar aja bisa mencapai hampir Rp 200.000,- per malamnya. Nah, gimana dengan yang paling mahalnya? Entah kenapa, mencari informasi untuk akomodasi selama trip di Purwakarta tidak semudah ketika gue melakukan trip ke Cirebon yang mana semua informasi tersedia di internet dan dengan harga yang serba terjangkau pula. Itu dikarenakan masih jarangnya blogger atau traveler yang mereview perjalanan ke kota Purwakarta ini.
Purwakarta bisa di bilang desa, karena masih banyak sawah-sawah cantik kaya gini... |
Sebelumnya....
Iklan ini yang bikin gue tertarik buat dateng ke Purwakarta. Pemandangan Gunung Parang yang mempesona.. |
Tiket PP dengan harga ala backpacker. Puassss... :D |
Source: Google, Wikipedia |
Menjelang hari H, berbekal informasi seadanya dan tanpa rencana yang matang gue dan pacar akhirnya nekat untuk berangkat dadakan menuju kota Purwakarta. Walaupun udah wara-wiri di internet untuk mencari berbagai informasi, tetap aja informasi yang didapat kurang ngebantu. Bermodal nekat sambil meraba-raba aja. Dimulai dengan menuju stasiun Jakarta Kota sebagai langkah awal kita melakukan perjalanan. Setelah packing rapi, gue dan pacar berboncengan menunggangi si gagah vixion menuju terminal Kalideres. Di sana kita menitipkan motor (selama dua hari) dan kemudian melanjutkan perjalanan naik Trans Jakarta menuju stasiun Jakarta Kota. Waktu menunjukkan jam 09.45 siang waktu kita sampai di lokasi. Sambil berharap semoga masih ada kereta yang berangkat lebih awal, kita berdua yang bukan anak kereta sempat kebingungan untuk membeli tiket kereta. Gue dan pacar gak paham jenis kartu apa yang harus dibeli dan digunakan saat itu. Karena kita bukan anker alias anak kereta, kita disarankan oleh petugas untuk menggunakan kartu yang digunakan untuk sekali jalan dengan tarif Rp 10.000,- per orangnya. Setelah kebingungan macam anak hilang tanya sana dan tanya sini, akhirnya ada juga petugas yang kasih tau kalau kita salah stasiun. Haha cape dehh... Kita diarahkan oleh petugas untuk naik kereta tujuan stasiun Kemayoran. Kereta sangat kosong pagi itu. Tiap gerbongnya hanya diisi oleh satu sampai dua orang (termasuk kita berdua) dan seorang petugas.
Plangak-plongok di stasiun Kota (yang baju merah), hehe... |
Setelah melewati 15 menit perjalanan, kita pun tiba di stasiun yang seharusnya dituju dari sejak awal. Di sana ada loket kecil yang menjual tiket khusus tujuan Purwakarta. Letaknya menyempil di ujung stasiun bersebelahan dengan sebuah mini market ternama berwarna merah. Ternyata antrian siang itu cukup panjang. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.20. Sambil menunggu si pacar mengantri membeli tiket, gue menikmati roti cokelat sebagai sarapan gue yang tertunda dan berharap mendapat tiket yang bisa langsung berangkat detik itu juga. Ternyata oh ternyata, harapan tak selalu sesuai dengan realita karena ternyata kereta baru aja berangkat 10 menit yang lalu dan kita mendapatkan tiket dengan jadwal keberangkatan yang selanjutnya yakni jam 11.24. Nyesek! Kan lumayan juga ya nunggunya satu jam sendiri, haha. Tapi itu gak jadi masalah karena gue udah merasa lebih tenang dibanding pagi tadi yang mana gue masih buta dan bingung tak tentu arah (apa sih). Akhirnyaaa setelah pusing selama berhari-hari jadi juga kita berangkat dengan tenang dan dimudahkan, apalagi dengan harga yang sesuai kantong pula. Hihi..
Waktu tempuh Jkt-Pwk yang seharusnya hanya memakan waktu kurang lebih dua (2) jam menjadi lebih panjang (hampir tiga jam lebih) karena kereta yang kita tumpangi ini banyak berhentinya. Penyebabnya, di setiap stasiun kereta harus berhenti paling lama lima (5) menit untuk menepi mendahulukan kereta antar kota dan kereta eksekutif lewat. Istilah gampangnya, menggunakan rel secara bergantian. Yahh... namanya juga kereta ekonomi lokal jadi ya kudu belakangan alias ngalah. Oh iya, kalau lagi "beruntung" berangkat di saat musim liburan dan kereta lagi penuh-penuhnya, kita harus rela berdiri di koridor karena gak kebagian seat dan berdesakan dengan penumpang lain. So, saran dari gue kalau pilih naik kereta ini kudu sabar dan nerimo. Mau dapat harga murah tentunya fasilitas yang didapat juga harus sepadan dong 😀. Untung gue sabar orangnya demi kantong gak jebol, hihi.
Seharusnya jam 15.45 kereta sudah sampai di stasiun Pwk, ternyata kereta yang kita tumpangi ini baru sampai tepat di jam 16.05 sore. Sesampainya di sana, walaupun lelah gue dan pacar di buat kagum dengan tumpukan warna-warni gerbong kereta tua yang sudah gak terpakai. Terlihat unik dan artistik. Itulah yang bikin gue gak ketinggalan buat jeprat-jepret dulu, haha tetep yaaa...
Tumpukan Bangkai gerbong kereta di stasiun Purwakarta... Kerennn |
Keluar dari stasiun, gue dan pacar langsung naik mikrolet menuju ke lokasi penyewaan motor yang sebelumnya udah kita booked untuk kita gunakan explore. Biaya sewanya murah banget (sesuai dengan jenis motornya). Gue berkesempatan untuk nunggangin motor matic Suzu*i seri Nex dengan harga Rp 70.000,- per/24 jam. Harga ini termasuk murah mengingat di kota-kota lain biaya sewanya mencapai Rp 80.000,- dengan durasi hanya 12 jam saja.
Penampakan stasiun Purwakarta |
Setelah motor ditunggangi bak serasa penduduk lokal kita melancong kesana kemari dengan leluasa menggunakan aplikasi peta tercanggih era millenial, apalagi kalau bukan Google Maps, hihi. Dengan aplikasi ini, gue dan pacar merasa nyaman dan gak takut nyasar buat susur aspal ke pelosok-pelosok meskipun di kota yang asing yang belum pernah kita jajaki.
Sebelum eksplorasi dimulai, gue menghubungi seorang teman yang tinggal di Bandung untuk ketemuan dan ngebolang bareng. Kebetulan dia juga ngajak satu orang temannya. Lumayan buat rame-ramein trip kali ini.
Makan tahu bulat dulu, sambil nunggangi siganteng |
Jam udah menunjukkan jam setengah lima sore. Seperti rencana sebelumnya, gue akan melakukan road trip bersama dengan pacar dan dua orang teman gue. Namun ternyata mereka gagal untuk join karena tiba-tiba salah satu dari mereka ngerasa kurang enak badan dan merubah rencana dengan memilih untuk berwisata kuliner khas Purwakarta aja. Itu kenapa jadinya cuma gue dan pacar yang tetap ngejalanin misi ini (ealahhh... sok banget).
Nah, keseruan cerita road trip perdana gue ini akan gue ulas secara lengkap di blog gw yang selanjutnya, di sini.
Salam bolang...!!
Jangan takut nyasar!
Bukan Promosi :) |
Comments
Post a Comment