Jelajah Tasikmalaya (Part I): Menyaksikan Indahnya Panorama Gunung Galunggung


Kalian pasti udah gak asing kan dengar nama Galunggung? Gue, walaupun belum pernah dengar nama ini sebelumnya, ketika mendengar nama Galunggung yang terlintas di benak gue adalah sebuah gunung yang besar yang terletak di sebuah desa yang jauh dan harus mati-matian saat harus mendaki ke atasnya. Setelah mencari tau keberadaannya melalui mbah Google, ternyata gak sejauh dan gak sesulit seperti yang gue bayangkan untuk sampai ke sana. Btw, gue cari tau tentang Galunggung setelah gue melihat sebuah postingan di Instagram yang nampilin indahnya gambar pemandangan Galunggung. Sudut pengambilan gambar dengan pemandangan yang menghampar luas di bawahnya terlihat cantik apalagi ditambah dengan adanya tangga yang menjulur ke bawah. Sepertinya inilah yang jadi daya tarik lokasi ini. Akhirnya gue yang penasaran dan pengen banget datang langsung ke gunung ini pun berkesempatan untuk berangkat kesana. Yuk cuss!!!


Pemandangan yang menghampar luas dengan tangga yang menjulur ke bawah jadi keindahan khas Galunggung

Galunggung termasuk gunung berapi yang tingginya mencapai 2.167 mdpl. Dulu di tahun 1982, Galunggung pernah ngamuk dengan dahsyatnya memuntahkan lahar, abu dan pasir panas yang disertai suara dentuman keras, petir dan gempa. Tragedi ini tecatat dalam sejarah udah menghancurkan beberapa wilayah desa yang ada di dekatnya. Makanya sampai sekarang warga sekitar selalu mengadakan ritual seperti upacara pemberian sesajen dan sesembahan di hari-hari tertentu. Ritual ini dipercaya bisa meredakan amukan Gunung Galunggung. Hmm, percaya gak percaya sih.

Galunggung terletak berada gak jauh dari pusat kota Tasikmalaya tepatnya di desa Linggarjati, kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Perjalanan dari Jakarta menuju Galunggung menempuh jarak sekitar kurang lebih 6 jam dengan kendaraan roda empat. Perjalanan yang terjal dan licin karena derasnya hujan di pagi hari ini membuat mobil yang gue tumpangi berguncang-guncang. Gue dan seisi mobil pun terbangun. Ternyata perjalanan udah hampir sampai. Sesampainya di kaki gunung tepatnya jam 03:40 dini hari, gue dan teman-taman lain masih harus berteduh di sebuah musholla yang berukuran lumayan besar. Sambil nunggu waktu subuh dan nunggu hujan reda, beberapa dari kita ada yang merebahkan badan, ada juga yang jajan gorengan dan kopi di warung sebelah sambil ngobrol-ngobrol asik. Walaupun hujan akhirnya berhenti, langit pagi itu masih diselimuti awan gelap dan kabut tebal. Bikin udara gunung yang dingin jadi semakin menusuk ke tulang.


Jam 06:30 kita beranjak untuk naik ke puncak gunung. Untuk naik ke atas Galunggung, kita gak perlu repot melakukan persiapan layaknya anak gunung beneran (bawa persiapan seperti tenda, sleeping bag, alat masak, dll) karena seperti yang udah gue jelaskan di awal tadi, gunung ini memiliki tangga (^_^). Yah, mirip-mirip gunung Bromo. Walaupun cuma bermodal tangga, kita tetap harus punya modal napas yang kuat dan tenaga yang ekstra! Lumayan bikin ngos-ngosan juga lho naik ke puncaknya. Gimana gak ngos-ngosan? Ternyata jumlah anak tangga yang harus dinaiki ada 620, hihi. Penasaran dengan jumlahnya, gue pun menaiki anak tangga sambil menghitung jumlahnya apakah betul ada 620 anak tangga atau nggak. Entah kenapa, setelah gue hitung-hitung ternyata total anak tangga yang ada berjumlah 580. Hmm, mungkin gue kurang fokus waktu menghitung karena udah capek duluan, hehe.

Masih setengah perjalanan ke atas. Kira-kira sisa berapa tangga lagi yaaa? 

Sesampainya di atas, ada sedikit rasa kecewa karena harapan untuk ngelihat matahari pagi dari atas gunung Galunggung pun sirna. Untungnya semua kekecewaan gue terbayar dengan indahnya pemandangan yang menghampar luas di bawah sana, ditambah lagi indahnya pemandangan kawah gunung yang ada ditengah-tengahnya. 

Kabut dan awan gelap menyelimuti langit Galunggung


Uniknya, walaupun Galunggung masih aktif ada sebuah danau dengan banyak ikan di kawahnya. Itu terbukti dari adanya beberapa orang di kejauhan yang gue liat lagi memancing. Gue langsung mengeluarkan kamera dan mulai mengabadikan gambar-gambar indah pemandangan yang tersaji langsung di depan mata kepala gue. Benar-benar agung ciptaan Tuhan. Walaupun gambar yang gue ambil cukup bagus untuk menggambarkan indahnya Galunggung, menurut gue rasanya beda banget dengan saat kita menyaksikan ciptaan Tuhan ini secara langsung. 😎😎


Agungnya ciptaan Tuhan...

Dataran Galunggung terdiri dari bebatuan kerikil berwarna hitam legam (mirip-mirip seperti batu aspal) dengan tekstur cenderung kasar yang kebentuk dari sisa-sisa letusan. Ini juga yang mempercantik pemandangan di sekitar Galunggung dan jadi salah satu ciri khas yang ada di sana.

Kerikil hitam sisa-sisa letusan memenuhi dataran Galunggung

Setelah puas melihat-lihat dan menikmati keindahan pemandangan, gue dan rombongan melanjutkan perjalanan untuk kembali turun melalui jalur lain, itung-itung sambil eksplor lokasi. Buat yang kurang suka dengan tantangan atau cepat lelah khususnya anak-anak dan orang tua, bisa turun melewati tangga tadi. Tapi karena gue masih sanggup dan berjiwa petualang (cie apasih), gue memilih untuk melewati jalur yang agak menantang. Jalur yang dilewati kali ini ternyata memang terjal. Perjalanan jadi sedikit lambat karena menanjak ditambah lagi dengan jalur yang berkerikil yang bisa membuat kaki terpeleset kalau gak berhati-hati (kanan dan kiri jurang bo!). 

Kegagahan Galunggung semakin terlihat jelas di hadapan ketika kita berjalan melalui jalur ini. Semakin jauh, perjalanan jadi semakin menantang. Jalur semakin sempit dengan jurang disebelah kiri. Belum lagi jalur yang dilewati menurun (namanya juga turun gunung, 😅) yang bikin gue harus ekstra jaga keseimbangan sekaligus menahan otot-otot kaki alias ngerem biar gak terpeleset oleh kerikil yang berurai saat diinjak. Gue sempat kepisah dengan rombongan yang jalannya lebih cepat dari gue, Walaupun kepisah, gue gak panik dan tetap santai karena jalur trek di sini cuma satu dan gak akan bikin nyasar. Gue malah dengan santai menikmati perjalanan sambil merekam-rekam.

Kegagahan Galunggung yang terlihat jelas 

Setelah berjuang kira-kira kurang lebih 45 menit, akhirnya gue sampai juga dibawah. Teman-teman gue terlihat udah santai-santai di musholla, tempat kita istirahat tadi pagi. Perjalanan yang menguras tenaga itu pun berhasil bikin perut gue krucuk-krucuk. Gue pun langsung memesan ind*mie plus telor dan segelas teh hangat di warung sebelah musholla. Setelah semua rombongan berkumpul dan menyelesaikan kegiatannya masing-masing (sarapan, ngaso-ngaso, dll), kita pun melanjutkan perjalanan.

Mau tahu perjalanan gue selanjutnya selama di Tasikmalaya? Simak terus blog gue yaaa... karena gue akan melanjutkan perjalanan yang bertema wisata budaya. Gue akan mengunjungi sebuah desa yang asri dengan segala keunikannya. Hmm... penasaran kan?? yuk langsung klik aja link di bawah 😃😃😃


Bersambung ke Jelajah Tasikmalaya Part II

_______________________________________________________

Oiya, kalau berkunjung ke Galunggung, lo bakal nemuin berbagai jenis kupu-kupu unik dengan berbagai motif, bentuk dan ukuran yang cantik. Karena hawa disini dingin, kebanyakan kupu-kupunya pake jaket! Haha gak deng, maksud gue kupu-kupu disini ada yang berbulu. Entah kenapa gue ngerasa merinding dan geli ngeliatnya walaupun cantik. Ini aja sambil merinding-merinding disko waktu mau motret mereka, hiyyy! 😰😰

Jenis kupu-kupu Galunggung

Comments